Thursday, October 14, 2010

Ibu Mithali ke-10


KUALA LUMPUR 14 Okt. - Ketakwaan yang tinggi, mementingkan disiplin dan pendidikan anak-anak serta usahanya mewakafkan tanah dan sebahagian rumah untuk dijadikan pusat tahfiz al-Quran memberi merit kepada Awiah Awi untuk diangkat sebagai Ibu Mithali 2010.

Awiah, 64, balu sembilan anak lelaki, memenangi anugerah tersebut setelah mengatasi tiga finalis lain untuk membolehkan beliau menerima hadiah wang tunai RM25,000; pakej umrah untuk tiga orang bernilai RM20,000; kerongsang emas bertatah berlian bernilai RM3,000 dan piala.

Anugerah dan hadiah iringan disampaikan oleh isteri Perdana Menteri yang juga penaung majlis penganugerah, Datin Seri Rosmah Mansor di Dewan Merdeka, Pusat Dagangan Dunia Putra, di sini, hari ini.

Kesemua anaknya, masing-masing berusia antara 20 dan 48 tahun kecuali anak kedua yang bertugas di luar negara, hadir menyaksikan acara penuh bersejarah bagi keluarga mereka itu.

Masing-masing memeluk kegembiraan ibu mereka yang dianggap sebagai wanita waja yang memiliki 'tulang besi beruratkan dawai' sebaik nama wanita berasal dari Kampung Kesang Laut, Muar, Johor itu diumumkan sebagai pemenang.

Awiah yang ditemui pada sidang akhbar selepas majlis tersebut berkata, beliau amat bersyukur dengan anugerah yang diberikan namun mengakui ia sesuatu yang berat untuk dipikul.

"Anugerah ini sesuatu yang menggembirakan dan tidak disangka-sangka dan saya merasa seperti tidak layak," katanya merendah diri.

Nenek kepada 42 cucu dan seorang cicit itu disifatkan sebagai wanita yang memiliki semangat juang tinggi khususnya dalam membantu suaminya mencari rezeki untuk menyara keluarga.

Berhasrat menyumbang sebahagian wang yang diterima untuk kegunaan pusat tahfiz kelolaannya di Muar dan Kemboja, Awiah berkata, Pusat Tahfiz An-Nur yang didirikan di Muar kini mempunyai 160 pelajar termasuk dari Indonesia, Singapura dan Kemboja manakala di Kemboja yang ditubuhkan sejak dua tahun lalu memiliki 60 pelajar.

Mengenai rahsia kejayaan mendidik anak-anak, Awiah memberitahu, selain hasil didikan tegas arwah suaminya, Hamid Samad, seorang pesara tentera yang meninggal empat tahun lalu, beliau juga seorang yang tegas dan amat mementingkan disiplin.

Maka tidak hairanlah anaknya menjadi doktor pertama di kampung halaman mereka selain menjadi anak kampung pertama yang menjejakkan kaki ke universiti.

Seorang anak Awiah, Mohd. Fauzi, 41, berkata, ibunya sangat menitikberatkan soal pembahagian masa dan memastikan setiap anak membantunya termasuk kerja-kerja dapur.

"Tetapi mak akan pastikan anak yang akan menduduki peperiksaan memberi tumpuan kepada pelajaran manakala yang lain akan melakukan kerja-kerja rumah," kata pengurus di sebuah syarikat telekomunikasi di ibu kota itu.

Selain Awiah, finalis Anugerah Ibu Mithali kali ke-10 yang bertemakan Ibu Mithali Ibu Sejati ialah Dayang Hajijah Awang Abas, 69, dari Papar, Sabah; Halimah Muhammad, 67, (Pasir Mas, Kelantan) dan Sajipah Abdul Aziz, 67, (Tanjung Karang, Selangor).

Kesemua finalis menerima wang tunai RM5,000, plak penghargaan dan senaskah al-Quran.

Tahun ini, Anugerah Ibu Mithali menerima 104 pencalonan daripada calon-calon individu dan pertubuhan bukan kerajaan (NGO).

Anugerah Ibu Mithali diperkenalkan Yadim secara bersiri iaitu tiga tahun sekali sejak 1980 untuk memberi galakan dan motivasi kepada golongan ibu bagi meneruskan usaha membimbing dan mendidik anak-anak sehingga menjadi insan yang cemerlang.

Sementara itu, Pengerusi Majlis Perunding Wanita Islam Malaysia, Prof. Emeritus Datuk Dr. Nik Safiah Karim memberitahu, selain Anugerah Ibu Mithali, pihaknya akan meneruskan usaha menganjurkan penganugerahan Ibu Malaysia sebagai menghargai jasa dan pengorbanan ibu daripada pelbagai kaum di negara ini.

Buat masa ini pihaknya sedang berusaha mendapatkan penajaan. Kali terakhir anugerah tersebut diadakan adalah pada 2008 lalu.

Laman Asal:

http://www.utusan.com.my/utusan/info.asp?y=2010&dt=1015&pub=Utusan_Malaysia&sec=Dalam_Negeri&pg=dn_20.htm

Sunday, April 25, 2010

Pendidikan Keluarga




1.Pengertian Pendidikan

Kata pendidikan menurut etimologi berasal darikata dasar didik.Apabila diberi awalan me,menjadi mendidik makaakan membentuk kata kerja yang berarti memelihara dan memberi latihan(ajaran). Sedangkan bila berbentuk kata benda akan menjadi pendidikanyang memiliki arti proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorangatau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upayapengajaran dan latihan.

1
Istilah pendidikan dalam konteks Islam telahbanyak dikenal dengan menggunakan term yang beragam, sepertiat-Tarbiyah, at-Ta’lim dan at-Ta’dib. Setiap term tersebutmempunyai makna dan pemahaman yang berbeda, walaupun dalam hal-haltertentu, kata-kata tersebut mempunyai kesamaan pengertian.

2
Pemakaian ketiga istilah tersebut, apalagi pengakajiannya dirujuk berdasarkan sumber pokok ajaran Islam (al-Qur’an dan al-Sunnah).Selain akan memberikan pemahaman yang luas tentang pengertianpendidikan Islam secara substansial, pengkajian melalui al-Qur’andan al-Sunnahpun akan memberi makna filosofis tentang bagaimanasebenarnya hakikat dari pendidikan Islam tersebut?

Dalam al-Qur’an Allah memberikan sedikitgambaran bahwa at-Tarbiyah mempunyai arti mengasuh,menanggung, memberi makan, mengembangkan, memelihara, membuat,membesarkan dan menjinakkan. Hanya saja dalam konteks al-Isra maknaat-Tarbiyah sedikit lebih luas mencakup aspek jasmani dan rohani,sedangkan dalam surat asy-Syura hanya menyangkut aspek jasmani saja.

2. Pengertian Keluarga

Kata keluarga dapat diambil kefahaman sebagaiunit sosial terkecil dalam masyarakat, atau suatu organisasibio-psiko-sosio-spiritual dimana anggota keluarga terkait dalam suatuikatan khusus untuk hidup bersama dalam ikatan perkawinan dan bukanikatan yang sifatnya statis dan membelenggu dengan saling menjagakeharmonisan hubungan satu dengan yang lain atau hubungansilaturrahim. Sementara satu keluarga dalam bahasa Arab adalahal-Usrohyang berasal dari kata al-asruyang secara etimologis mampunyai arti ikatan. Al- Razi mengatakanal-asru maknanya mengikat dengan tali, kemudian meluas menjadi segalasesuatu yang diikat baik dengan tali atau yang lain.

Dari beberapa pengertian di atas dapatdisimpulkan bahwa pengertian pendidikan keluarga adalah prosestransformasi prilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit sosialterkecil dalam masyarakat. Sebab keluarga merupakan lingkungan budayayang pertama dan utama dalam menanamkan norma dan mengembangkanberbagai kebiasaan dan prilaku yang penting bagi kehidupan pribadi,keluarga dan masyarakat.

3. Bentuk-Bentuk Keluarga

Dalam norma ajaran sosial, asal-usul keluargaterbentuk dari perkawinan (laki-laki dan perempuan dan kelahiranmanusia seperti yang ditegaskan Allah dalm surat an-Nisa ayat satuyang berbunyi:

وخلق منها زوجهاوبث منها رجالا كثيرا ونساء
Artinya: Dan Ia ciptakan daripadanya pasangannya dan Ia tebarkan dari keduanya laki-laki dan perempuan yangbanyak (an-Nisa: 1)

Asal-usul ini erat kaitannya dengan aturanIslam bahwa dalam upaya pengembang-biakan keturunan manusia,hendaklah dilakukan dengan perkawinan. Oleh sebab itu, pembentukankeluarga di luar peraturan perkawinan dianggap sebagai perbuatandosa.
Adapun bentuk-bentuk keluarga sebagaimanadijelaskan William J. Goode dapat diklasifikasikan ke dalam beberapabentuk:

1.
Keluarga nuklir (nuclear family) sekelompok keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang belum memisahkan diri membentuk keluarga tersendiri.
2.
Keluarga luas (extendard family) yaitu keluarga yang terdiri dari semua orang yang berketurunan dari kakek, nenek yang sama termasuk dari keturunan masing-masing istri dan suami.
3.
Keluarga pangkal (sistem family) yaitu jenis keluaarga yang menggunakan sistem pewarisan kekayaan pada satu anak yang paling tua, seperti banyak terdapat di Eropa pada zaman Feodal, para imigran Amerika Serikat, zaman Tokugawa di Jepang, seorang anak yang paling tua bertanggungjawab terhadap adik-adiknya yang perempuan sampai ia menikah, begitu pula terhadap saudara laki-laki yang lainnya.
4.
Keluarga gabungan (joint family) yaitu keluarga yang terdiri dari orang-orang yang berhak atas hasil milik keluarga, mereka antara lain saudara laki-laki pada setiap generasi, dan sebagai tekanannya pada saudara laki-laki, sebab menurut adat Hindu, anak laki-laki sejak lahirnya mempunyai hak atas kekayaan keluarganya.

3

Sementara itu dalam hubungan keluarga, Jalaluddin Rahmat mengungkapkan dalam bukunya yang berjudul KeluargaMuslim dalam Masyarakat Modern bahwa biasanya sepasang suami istri memiliki tiga struktur. Pertama,sruktur komplementer atau dengan kata lain dikenal dengan keluargatradisional. Kedua, struktur simetris atau yang sering disebut dengankeluarga modern. Ketiga, struktur pararel yang merupakan hubungan antara struktur simetris dan struktur komplementer yang kedu belahpihak tersebut saling melengkapi dan saling bergantung, tetapi dalamwaktu yang sama mereka memiliki beberapa bagian dari perilakukekeluargaan mereka yang mandiri.


4.

Pendidikan Keluarga

Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalammasyarakat merupakan lingkungan budaya pertama dan utama dalam rangkamenanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan perilakuyang dianggap penting bagi kehidupan pribadi, keluarga danmasyarakat.

Dalam buku TheNational Studi on Family Strength,Nick dan De Frain mengemukakan beberapa hal tentang pegangan menujuhubungan keluarga yang sehat dan bahagia, yaitu:

1.Terciptanya kehidupan beragama dalam keluarga
2.Tersedianya waktu untuk bersama keluarga
3.Interaksi segitiga antara ayah, ibu dan anak
4.Saling menghargai dalam interaksi ayah, ibu dan anak
5.Keluarga menjadi prioritas utama dalam setiap situasi dan kondisi

Seiring kriteria keluarga yang diungkapkan diatas, sujana memberikan beberapa fungsi pada pendidikan keluarga yangterdiri dari fungsi biologis, edukatif, religius, protektif,sosialisasi dan ekonomis.

5
Dari beberapa fungsi tersebut, fungsi religius dianggap fungsi paling penting karena sangat erat kaitannya dengan edukatif, sosialisasi danprotektif. Jika fungsi keagamaan dapat dijalankan, maka keluargatersebut akan memiliki kedewasaan dengan pengakuan pada suatu sistemdan ketentuan norma beragama yang direalisasikan di lingkungan dalamkehidupan sehari-hari.
Penanaman akidah sejak dini telah dijelaskandalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 132 yang berbunyi:

ووصىبها إبراهيم ببنيه ويعقوب‘ يا بني إنالله إصطفى لكم الدين فلا تموتن إلا وأنتممسلمون.
Artinya: Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapankepada anak-anaknya, demikian juga Ya’kub. Ibrahim berkata: hai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, makajanganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Islam.

Secara garis besar pendidikan dalam keluargadapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

1.

Pembinaan Akidah dan Akhlak

Mengingat keluarga dalam hal ini lebih dominanadalah seorang anak dengan dasar-dasar keimanan, ke-Islaman, sejakmulai mengerti dan dapat memahami sesuatu, maka al-Ghazali memberikanbeberapa metode dalam rangka menanamkan aqidah dan keimanan dengancara memberikan hafalan. Sebab kita tahu bahwa proses pemahamandiawali dengan hafalan terlebih dahulu (al-Fahmu Ba’d al-Hifdzi).Ketika mau menghafalkan dan kemudian memahaminya, akan tumbuh dalamdirinya sebuah keyakinan dan pada akhirnya membenarkan apa yang diayakini. Inilah proses yang dialami anak pada umumnya. Bukankah merekaatau anak-anak kita adalah tanggungjawab kita sebagaimana yang telahAllah peringatkan dalam al-Qur’an yang berbunyi:

يا أيهاالذين أمنوا قوا انفسكم وأهليكم نارا.
Artinya: jagalah diri kalian dan keluargakalian dari panasnya api neraka

Muhammad Nur Hafidz merumuskan empat pola dasardalam bukunya. Pertama, senantiasa membacakan kalimat Tauhid padaanaknya. Kedua, menanamkan kecintaan kepada Allah dan Rasulnya.Ketiga, mengajarkan al-Qur’an dan keempat menanamkan nilai-nilaipengorbanan dan perjuangan.

Akhlak adalah implementasi dari iman dalam segala bentuk perilaku, pendidikan dan pembinaan akhlak anak. Keluarga dilaksanakan dengan contoh dan teladan dari orang tua.Perilaku sopan santun orang tua dalam pergaulan dan hubungan antaraibu, bapak dan masyarakat. Dalam hal ini Benjamin Spock menyatakanbahwa setiap individu akan selalu mencari figur yang dapat dijadikanteladan ataupunidola bagi mereka.

2.
Pembinaan Intelektual

Pembinaan intelektual dalam keluarga memainkan peranan penting dalam upaya meningkatkan kualitas manusia, baikintelektual, spiritual maupun sosial. Karena manusia yang berkualitasakan mendapat derajat yang tinggi di sisi Allah sebagaimanafirman-Nya dalam surat al-Mujadalah yang berbunyi:

يرفعالله الذين آمنوا منكم والذين أوتواالعلمدرجات
Artinya: Allah akan mengangkat derajatorang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu diantarakalian.

Nabi Muhammad juga mewajibkan kepadapengikutnya untuk selalu mencari ilmu sampai kapanpun sebagaimanasabda beliau yang berbunyi:
طلبالعلم فريضة على كل مسلم ومسلمة
Artinya: mencari ilmu adalah kewajiban bagimuslim dan muslimat.

3.
Pembinaan Kepribadian dan Sosial

Pembentukan kepribadian terjadi melalui prosesyang panjang. Proses pembentukan kepribadian ini akan menjadi lebihbaik apabila dilakukan mulai pembentukan produksi serta reproduksinalar tabiat jiwa dan pengaruh yang melatarbelakanginya. Mengingathal ini sangat berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat menjagaemosional diri dan jiwa seseorang. Dalam hal yang baik ini adanyaKewajiban orang tua untuk menanamkan pentingnya memberi supportkepribadian yang baik bagi anak didik yang relative masih muda danbelum mengenal pentingnya arti kehidupan berbuat baik, hal ini cocokdilakukan pada anak sejak dini agar terbiasa berprilaku sopan santundalam bersosial dengan sesamanya. Untuk memulainya, orang tua bisadengan mengajarkan agar dapat berbakti kepada orang tua agar kelak sianak dapat menghormati orang yang lebih tua darinya.


BAB III KESIMPULAN

Pengertian dari pendidikan keluarga adalah proses transformasi prilaku dan sikap di dalam kelompok atau unitsosial terkecil dalam masyarakat. Sebabkeluarga merupakan lingkungan budaya yang pertama dan utama dalammenanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan prilakuyang penting bagi kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.

Kunci keberhasilan pendidikan dalam keluargasebenarnya terletak pada pendidikan rohani dengan artian keagamaanseseorang. Beberapa hal yang memegang peranan penting dalam membentukpandangan hidup seseorang meliputi pembinaan akidah, akhlak, keilmuandan kreativitas yang mereka miliki.
Sedangkan pendidikan dalam keluarga itu sendiri secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

1. Pembinaan akdah dan akhlak
2.Pembinaan intelektual
3.Pembinaan kepribadian dan sosial

DAFTAR PUSTAKA

J. Goode, William, SosiologiKeluarga, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.

Muhaimin, Pemikiran PendidikanIslam: Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya, Bandung:Trigenda Karya, 1993.

Poerwadarminta, W.J.S., KamusBesar Bahasa Indonesia, Jakarta: BalaiPustaka, 1985.

Rahmat, Jalaluddin dan Muhtar Gandatama, KeluargaMuslim Dalam Masyarakat Modern, Bandung:Remaja Rosdakarya, 1994.

Sujana, Djuju, PerananKeluarga Dalam Lingkungan Masyarakat,Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996.

1 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1985, hlm. 702.

2 Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya, Bandung: Trigenda Karya, 1993, hlm. 127.

3 William J. Goode, Sosiologi Keluarga, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, hlm. 33.

4 Jalaluddin Rahmat dan Muhtar Gandatama, Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994, hlm. 107.

5 Djuju Sujana, Peranan Keluarga Dalam Lingkungan Masyarakat, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996, hlm. 25.

Ambilan dari laman : http://notok2001.blogspot.com


Wednesday, April 14, 2010

Lagi Kanak-Kanak Mati di Dera: Lee Swee Hui




KUALA LUMPUR 14 April - Kisah kematian dua kanak-kanak malang, K. Harreswaral, 1, dan Syafiah Humairah Sahari, 3, akibat didera secara sadis pada Mac dan Februari lalu masih segar di ingatan.

Namun, ia seakan-akan tidak mencetuskan keinsafan apabila kejadian sama berulang dan kali ini membabitkan kanak-kanak perempuan Lee Swee Hui yang berusia tiga tahun.

Cukup menyayat hati, pada tubuh mayat kanak-kanak tidak berdosa itu terdapat lebih daripada 30 kesan lebam dan luka di badan, dahi serta pipi.

Siasatan awal polis mendapati kecederaan pada Swee Hui dipercayai akibat dipukul dengan objek keras.

Menurut doktor, lebam-lebam dialami mangsa merupakan kesan kecederaan yang dianggarkan baru seminggu lalu.

Swee Hui dihantar ke Poliklinik Komuniti Seri Kembangan, dekat sini oleh bapa tirinya pada pukul 7.45 pagi setelah mendapati dia tidak sedarkan diri.

Mangsa disahkan meninggal dunia di situ dan bapa tirinya, seorang penganggur yang berusia 27 tahun ditahan selepas pihak hospital menghubungi polis.

Ibu kandung Swee Hui, 24, seorang suri rumah, turut ditahan di pangsapuri di Jalan BS 14/2A, Bukit Serdang beberapa jam kemudian untuk membantu siasatan.

Difahamkan, mangsa selama ini dijaga oleh pengasuh dan pasangan tersebut hanya mula menjaganya sepenuh masa semula sejak sebulan lalu.

Pasangan itu yang telah berkahwin setahun lalu turut mempunyai seorang bayi lelaki berusia tiga bulan.

Timbalan Ketua Jabatan Siasatan Jenayah Selangor, Asisten Komisioner Khaw Kok Chin berkata, pihaknya membuka kertas siasatan di bawah Seksyen 302 Kanun Keseksaan iaitu membunuh.

"Pemeriksaan lanjut doktor tidak menunjukkan sebarang kecederaan lain seperti serangan seksual. Punca sebenar kematian hanya akan diketahui setelah bedah siasat dilakukan ke atas mayat mangsa.

"Buat masa ini, polis menahan ibu kandung dan bapa tiri mangsa untuk siasatan lanjut. Polis akan menyiasat kes itu daripada pelbagai sudut," katanya kepada pemberita di sini hari ini.

Pada 4 Mac lalu, Harreswaral yang merupakan anak tunggal penerbit filem bebas, A. Karigalan dan K. Thilagawathy, disahkan mati di Pusat Perubatan Universiti Malaya (PPUM) kira-kira pukul 12 tengah malam, akibat kecederaan serius di seluruh badan.

Kejadian itu berlaku genap seminggu selepas kematian Syafiah Humairah, 3, yang didakwa didera oleh teman lelaki ibunya, Mohd. Fazli Azri Jamil, 28.

Dalam pada itu, seorang jiran Swee Hui yang hanya mahu dikenali sebagai Shamsul, 30, berkata, dia sering mendengar jeritan dan tangisan mangsa dari rumahnya di tingkat dua pangsapuri berkenaan.

Menurutnya, dia dan jiran-jiran lain menyedari perkara itu namun menyangka ia merupakan perkara biasa.

"Kadang-kadang jeritan dan tangisan didengari pada lewat tengah malam dan berlanjutan sehingga 10 atau 15 minit.

"Kami sebelum ini juga tertanya-tanya rumah mana dan akhirnya terjawab hari ini," jelasnya yang bekerja sebagai pemandu lori.
Sumber: Utusan Malaysia

Saturday, March 13, 2010

Keluarga Sakinah


ARKIB : 12/03/2010
Ciri keluarga sakinah

Oleh SITI AINIZA KAMSARI

TULISAN-tulisan Prof. Datuk Dr. Sidek Baba menjadi tatapan dan rujukan di dada-dada akhbar sebelum ini. Tentu sahaja kerana beliau seorang penulis yang prolifik termasuk 14 buah buku yang telah beliau hasilkan.

Dalam pelbagai topik terutamanya motivasi, pendidikan, iaitu sesuai dengan ketokohan beliau selama ini sehingga beliau lebih mesra dipanggil dengan panggilan "Cikgu Sidek".

Malah beliau juga berani menulis mengenai kaumnya sendiri, iaitu seperti yang beliau luahkan dalam buku Melayu Perkasa - Berjuang sudah pasti, Menyerah tidak sekali! (Alaf 21, 2009)

Semua rencana tulisan Sidek yang disiarkan di akhbar, tidak boleh habis begitu sahaja. Walaupun akhbar itu bersifat sementara tetapi khazanah yang terkandung di dalamnya perlu diselamatkan.

Inilah yang menghasilkan buku Keluarga Sakinah, iaitu pengumpulan rencana-rencana beliau mengenai aspek perkahwinan dan kekeluargaan yang pernah tersiar sebelum ini.

Melihat pada tajuk buku ini iaitu Keluarga Sakinah tentu ia amat berkaitan dengan konsep 'Rumahku Syurgaku', yang menjadi tuntutan dalam Islam.

Keluarga yang tidak sakinah, tidak tenang, tidak bahagia jauh sekali mampu bersifat syurga. Justeru, Islam melalui al-Quran dan hadis Rasulullah telah memberi pelbagai panduan kepada seluruh umat manusia bagaimana 'rumah' keluarga sakinah itu dapat dibina.

Ciri-ciri itu digarap dalam bahasa seorang yang berpengalaman dalam dunia pendidikan dan menerusi pengalaman-pengalamannya selama ini.

Cuma buku ini memerlukan sentuhan susunan atau persembahan reka bentuk grafik yang lebih menarik dan terkini. Ia untuk menarik lebih ramai pembaca memiliki buku ini.

Ini kerana tidak dapat dinafikan hakikat pembaca kini, mempunyai cita rasa mereka yang tersendiri.

Terdapat hampir 40 bab pelbagai topik perkahwinan, kekeluargaan dan bimbingan anak-anak terkandung dalam buku ini.

Ia termasuklah manusia dijadikan berpasang-pasangan mengikut perspektif Islam dan Barat, pentingnya berkeluarga, persiapan menjadi ibu dan ayah, membina rumahtangga, anak-anak sebagai zuriat dan masa depan, membentuk watak anak dan berkomunikasi dalam keluarga

Kesemua topik adalah lengkap sedari Sidek membebaskan sesetengah pemikiran yang sebenarnya sempit lagi dilaknat apabila hidup berpasangan itu termasuk juga antara lelaki dengan lelaki (gay) dan perempuan dengan perempuan (lesbian) iaitu atas persamaan dan hak atau gender.

Pasangan-pasangan itu mendakwa mereka juga berhak hidup bersama malah diikat atas nama tali perkahwinan tetapi apabila bercakap soal pembentukan keluarga dan melahirkan zuriat, mereka benar-benar memporak perandakan institusi masyarakat dengan tingkah yang sungguh memualkan.

Sebagaimana ditegaskan oleh Sidek, institusi kekeluargaan bermula dengan ibu bapa yang merupakan sekolah pertama bagi zuriat yang dilahirkan. Ibu bapa adalah sumber tauladan dan ikutan anak-anak.

Antara tanggungjawab atau amanah penting ibu bapa kepada anak-anak mereka ialah mengajar cara kita bersyukur kepada Allah atas segala nikmat terutama dilahirkan sebagai Muslim.

Ia agar anak-anak tidak kufur terhadap segala nikmat Allah. Buku ini mesti dibaca bagi setiap pasangan yang ingin mendirikan rumahtangga.

Ini supaya matlamat mereka hidup bersama lelaki dan perempuan melalui ikatan perkahwinan itu menjadi jelas dan memudahkan mereka apabila berhadapan dengan apa juga konflik.

Sumber: Utusan Malaysia

Wednesday, March 10, 2010

Anak Sebagai Amanah


Oleh Nurul Izzah Sidek


SEBAGAI manusia yang normal akal fikiran dan perasaan, membaca dan melihat laporan akhbar mengenai anak yang anak kecil didera dan diperlakukan secara kejam sememangnya membangkitkan kemarahan yang meluap-luap kepada si pendera.

Soalan yang pasti timbul di dalam sanubari kita ialah mengapakah ada manusia sanggup memperlakukan anak sekejam itu? Tidak kasihankah dengan anak kecil yang tidak berdosa itu? Dan bermacam-macam lagi persoalan yang bermain dalam hati sehinggakan ada antara kita menganggap si pendera seumpama berhati haiwan.

Sekurang-kurangnya haiwan pun sayangkan anak mereka, dijaga dan ditatang sehingga anak mampu berdikari. Inikan pula manusia yang dianugerahkan akal dan hati untuk berfikir dan merasa.

Inilah natijahnya apabila hati dan nafsu tidak mampu bersabar mengekang perasaan amarah dan akal tidak mampu membezakan kebenaran dan kebatilan. Apabila anak-anak tidak dianggap sebagai amanah yang perlu dijaga sebaik- baiknya, maka banyaklah kerosakan yang berlaku yang bakal berlaku.

Anak sebagai amanah, bukan sekadar anugerah

Sudah banyak kali kita membincangkan tentang peri pentingnya memelihara anak seperti permata. Anak-anak kecil sememang tidak bersalah kerana mereka masih tidak matang dan tidak mampu mengawal emosi mereka.

Orang dewasalah yang sepatutnya mengemudi anak-anak mereka dengan tingkah laku yang baik supaya anak-anak membesar dengan binaan sikap, pendirian dan emosi yang teguh apabila menjejak alam remaja dan dewasa.

Peringatan seperti ini sememangnya perlu diulang-ulang bagi menyedarkan golongan dewasa dan ibu bapa.

Mungkin sesetengah ibu bapa lupa bahawa anak itu adalah amanah Allah yang tidak ternilai harganya. Ramai yang tidak mempunyai anak sangat kepinginkan cahaya mata lalu pelbagai cara diusahakan untuk mendapat anak. Ada pula apabila sudah mempunyai cahaya mata, tidak menjaga dan mendidik anak dengan betul dan sempurna.

Mendidik dalam erti kata mestilah mengajar anak akan nilai asas dalam kehidupan, melimpahkan kasih sayang yang sewajarnya kepada anak-anak, membina kekebalan diri anak-anak dari anasir-anasir tidak baik. Mengajar anak akan yang salah dan benar, serta memberi panduan dan pedoman berterusan agar anak membesar menjadi insan yang beriman dan teguh pendirian.

Sememangnya ia tidaklah semudah seperti yang disebutkan. Namun itulah hakikat tanggungjawab ibu bapa terhadap anak-anak. Mendekati remaja menerusi pendidikan perlu bermula pada awal umur lagi.

Jangka waktu yang paling kritikal bagi anak-anak mencapai tahap remaja ialah sejak lahir sehingga ke peringkat akil baligh. Akil baligh merupakan puncak suatu proses membentuk manusia yang sudah boleh berdiri atas kaki sendiri.

Di peringkat inilah perkembangan kognitif (akal-fikir) berlaku dengan subur yang membolehkan anak-anak membuat tanggapan terhadap sesuatu.

Ajaran Islam umumnya tidak menghalang ibu bapa menghukum anak-anak, tetapi mestilah bersifat mendidik, tidak didorong perasaan amarah dan tidak melampaui batas syarak dan kemanusiaan.

Ini kerana trauma daripada zaman malang kanak-kanak boleh menghantui alam remaja serta dewasa seseorang dan lukanya sukar disembuhkan. Ada juga anak-anak yang membesar dengan kejadian dera dan pengabaian menjadi seorang yang agresif, sangat ofensif, serta tidak boleh menerima pendapat orang lain.

Anak-anak bukan sahaja anugerah yang tidak ternilai daripada Allah, malah mereka adalah amanah yang perlu dipelihara sebaik-baiknya. Mereka perlu dididik supaya sentiasa kembali dan berdamping ke jalan Allah dan pangkuan keluarga, sekalipun ada membuat kesalahan agar proses pembaikan boleh berlaku.

Oleh itu, tanggungjawab ibu bapa berjalan sepanjang hayat mereka, bukannya melepaskan tanggungjawab itu kepada pihak lain seperti sekolah atau penjaga.

Ada pula yang menganggap anak-anak sudah pandai berfikir sendiri akan baik buruk sesuatu perkara dan secara mudah menyalahkan anak-anak sekiranya berbuat salah. Walhal ibu ayah sendiri tidak membekalkan anak-anak dengan nilai-nilai asas dalam kehidupan dan didikan agama yang mencukupi.

Watak ibu dan ayah saling melengkapi

Justeru peranan ibu dan ayah amatlah penting dalam pembentukan watak dan pendirian anak. Ibu sering dirujuk sebagai faktor penting dalam pendidikan.

Bapa juga tidak kurang penting membentuk anak dalam kepemimpinan. Bapa adalah lambang ketua dalam sebuah rumah tangga. Didikan ibu dan kepemimpinan bapa boleh memberi perlindungan kepada isteri dan contoh kepada anak.

Pada diri seorang ibu ada unsur penting dalam proses didik, asuhan, kasih sayang, kesabaran dan memiliki kasih sejati terhadap anak. Allah telah memberikan kekuatan dan kesabaran yang tinggi kepada wanita yang bergelar ibu untuk menanggung kesusahan dan kepayahan demi anaknya.

Masakan tidak, seorang ibu sanggup melalui tempoh mengandung dengan susah payah sehinggalah melahirkan anak dalam kesakitan dan kepedihan. Ibu jugalah yang penat berjaga malam untuk menyusu dan menyalin lampin anak, dan bersengkang mata sekiranya anak kurang sihat.

Naluri seorang ibu sememangnya berkehendakkan anaknya sentiasa dalam keadaan sihat dan sempurna.

Ibu adalah pelengkap kepada watak bapa. Ia menjadi faktor penting dalam proses pembangunan zuriat, anak dan generasi. Ibu yang berilmu dan berketerampilan memahami proses pertumbuhan dan pembesaran anak baik dari sudut minda, psikologi, emosi dan tabiat, serta memiliki cara dan kaedah berkesan bagaimana anak harus 'diremaja' dan 'didewasakan'.

Begitu juga dengan si ayah. Menjadi seorang ayah adalah peranan yang payah. Menjadi seorang ayah tidaklah bererti memonopoli segala hak dan tanggungjawab, tetapi dikongsi dan dilalui bersama-sama secara sukarela dan penuh faham tanggungjawab.

Watak ayah tidak sama dengan watak ibu, tetapi Allah menjadikan mereka berpasang-pasang untuk melakukan peranan saling melengkapi.

Dalam masa yang sama, ayah harus berasakan bahawa ibu adalah amanah Allah yang besar. Ibu juga perlu dikasihi dan disayangi. Semangat kebapaan memberi perlindungan, tunjuk ajar, bimbingan dan rasa persefahaman dengan ibu. Ia bakal mewujudkan suasana rumah tangga harmoni dan damai dan memberi contoh yang baik kepada proses pendewasaan anak-anak.

Sekiranya pertumbuhan dan kesuburan yang sedang berlaku kepada anak-anak tidak didekati dengan ilmu dan keterampilan menerusi watak keibuan dan kebapaan nescaya pembesaran anak-anak bakal mengalami kelompangan yang mudah dimasuki oleh unsur-unsur negatif.

Ilmulah yang mampu memberi kekuatan kepada anak-anak supaya apabila besar nanti ia tidak menyebabkan lahirnya kecelaruan di kalangan mereka.

Oleh itu, anak perlu dipedomankan sekiranya berbuat salah, bukannya menghukum sesuka hati apatah lagi mendera dan mengasari mereka tanpa belas kasihan.

Kesimpulan

Bergelar ayah dan ibu adalah nikmat Allah yang tidak ternilai kepada manusia. Bagi mereka yang mengetahuinya, amatlah besar ganjaran yang bakal diperolehi jika menjaga dan mendidik anak-anak dengan sesempurna mungkin.

Tidak dinafikan bahawa kerosakan yang terjadi dewasa ini kebanyakannya berpunca daripada keruntuhan institusi kekeluargaan, ceteknya didikan agama dan moral serta dan kurangnya sikap kepedulian sesama kita.

Tuntasnya, tanggungjawab seorang ibu dan ayah adalah tanggungjawab seumur hidup. Anak-anak kadangkala tergelincir daripada landasan, maka ibu bapalah yang perlu sentiasa mengawasi dan menasihati mereka supaya jalinan corak kehidupan anak-anak menjadi kembali teratur dan harmoni.


Sumber: Utusan Malaysia

Thursday, February 25, 2010

Waspada Kahwin Campur






PUTRAJAYA 25 Feb. - Golongan muda termasuk kalangan artis diingatkan supaya berfikir 'beribu kali' sebelum memasuki gerbang perkahwinan campur kerana kajian menunjukkan kejayaannya hanya 3:10.


Menteri Penerangan, Komunikasi dan Kebudayaan, Datuk Seri Dr. Rais Yatim berkata, kajian ilmiah yang dilakukan oleh beberapa ahli sosiologi di negara ini antara 1995 hingga 1998 mendapati dalam setiap 10 perkahwinan campur, hanya tiga berjaya.


Malah, kata beliau, kegagalan perkahwinan campur amat ketara apabila melibatkan pasangan dari kalangan warga kulit putih atau mat saleh.


''Tetapi perkahwinan campur di Malaysia melibatkan si lelaki atau wanita dari kalangan bukan Islam yang kemudiannya memeluk Islam begitu berjaya berbanding kahwin campur dengan warga asing dari barat ini.


''Ini sudah jadi lumrah, jadi, orang muda termasuk kalangan artis boleh mengambil iktibar ini dan sekiranya mahu menelaah kajian ini yang turut dilengkapi dengan panduan, anda boleh mendapatkannya daripada bahagian pendaftaran perkahwinan sivil dari rekod simpanan syariah di Johor dan Wilayah Persekutuan," katanya kepada Utusan Malaysia hari ini.


Rais ditanya pandangan beliau berhubung keretakan rumah tangga aktres Maya Karin, 31, yang dilaporkan sudah tidak sebumbung dengan suaminya.


Pelakon jelita yang mengesahkan perkara itu memberitahu, punca keretakan rumah tangganya dengan suami, Steven David Shorthose atau Muhammad Ali, 41, dari Itali sebagai kesilapan mereka sendiri kerana tidak menyedari faktor perbezaan budaya sewaktu seronok bercinta.


Enggan langsung mengulas pergolakan rumah tangga yang dihadapi Maya Karin, Rais yang juga pakar perundangan dan Perlembagaan Persekutuan berkata, realitinya banyak liku yang perlu dihadapi oleh pasangan kahwin campur.


''Kegagalan perkahwinan disebabkan perbezaan budaya, agama dan cara seseorang itu dibesarkan di khalayak negara masing-masing.


''Cuma, kebanyakan perkahwinan lebih didasarkan kepada 'asmara pendek', maknanya apabila sudah melalui satu tempoh singkat, masing-masing akan menyorot balik tuntutan budaya dan agama pada sudut khalayak di mana dia dilahirkan," katanya.


Dari segi undang-undang pula, kata Rais, pasangan kahwin campur dijangka menghadapi masalah yang agak berat jika perkahwinan mereka bergolak.


''Tidak semudah itu juga untuk mendapat taraf kerakyatan Malaysia, dalam soal ini ia adalah lebih mudah jika melibatkan wanita yang berkahwin dengan lelaki warganegara Malaysia berbanding sebaliknya.


''Ini disebabkan taraf kewarganegaraan dalam Seksyen 16 dan 17 Perlembagaan Persekutuan adalah terasas pada pertimbangan kebapaan dan bukannya keibuan," katanya.


Kata beliau: ''Apatah lagi (meruncingnya perkahwinan campur) kalau pasangan terbabit ada anak, maka si bapa akan 'melarikan' anak kembali ke England dan Eropah, dan dalam soal ini, perkahwinan campur yang gagal, adalah lebih baik jika pasangan itu tiada anak."

Friday, January 8, 2010

Jerat Alam Siber

Jerat alam siber
Oleh Che Wan Badrul Alias
chewan@bharian.com.my





Kandungan porno, seks dilayari lebih 14 juta kanak-kanak seluruh dunia sepanjang 2009

TATKALA tirai 2009 dilabuhkan dengan pencapaian membanggakan lebih 28,000 pelajar memperoleh semua A dalam Penilaian Menengah Rendah (PMR) seperti yang diumumkan baru-baru ini, hasil tinjauan Norton dari Symantec, syarikat perisian antivirus terhadap 100 laman web kegemaran kanak-kanak sepanjang tahun lalu tidak harus di pandang sepi.

Fakta yang perlu diberi perhatian hasil daripada tinjauan Norton ialah bagaimana kandungan seks dan porno kekal di tempat tertinggi, iaitu pada tempat keempat dan kelima daripada 100 laman web yang paling banyak dilayari kanak-kanak sepanjang 2009.



Ini membuktikan usaha membentuk dan mengawal kandungan jenis porno dan seks daripada dilayari 14.6 juta kanak-kanak dan remaja di seluruh dunia termasuk Malaysia hari ini, masih gagal.

Peningkatan jumlah laman web berunsurkan porno dan seks di lihat semakin rancak ditambah lagi dengan pengenalan pelbagai saluran yang 'membantu' menarik perhatian kanak-kanak ini seperti aliran video dalam talian serta kemudahan muat turun yang pantas.

Jika dulu kanak-kanak hanya dihidangkan gambar-gambar ‘panas’ namun kini mereka boleh berinteraksi terus sama ada secara video, berbual di ruangan sosial bagi mencari teman 'sejiwa' mereka atau menerusi permainan multimedia dalam talian yang memaparkan pakaian 'avatar' yang menjolok mata.






Tidak dinafikan beberapa laman web yang menawarkan kemudahan muat naik video untuk dikongsi antara pengguna, sudah mula memperkenalkan mode parent control atas kesedaran sosial mereka bagi menghalang kanak-kanak di bawah umur 18 tahun daripada melayarinya kandungan seks atau porno.

Namun, pengenalannya hanya melepaskan batuk di tangga apabila aplikasi yang diperkenalkan untuk mengekang kandungan terbabit terlalu rapuh dan mudah untuk dilepasi dengan hanya satu 'click' oleh kanak-kanak yang semakin bijak dan lebih celik IT masa kini.

Tidak pasti sama ada ia untuk mengaburi mata golongan kanak-kanak daripada melayari kandungan itu atau ia sebenarnya lebih bertujuan mengaburi mata ibu bapa pada keselamatan kandungan laman web itu.

Yang penting, hasil kajian Norton harus menyalakan lampu merah 'amaran' kepada ibu bapa seluruh dunia untuk lebih banyak meluangkan masa membentuk peribadi anak-anak mereka dengan memantau serta duduk berbincang pada setiap kandungan laman web yang dilayari anak-anak mereka.


IBU BAPA dan orang dewasa perlu lebih mengawal kegiatan anak ketika melayari laman web kegemaran mereka.

Tinjauan itu turut membuktikan walaupun tiga capaian laman web tertinggi 2009 diterajui oleh YouTube, Google dan Facebook, ibu bapa tidak harus leka dan perlu lebih licik daripada anak-anak mereka dalam dunia IT kini.

Pengarah Institut Sosial Malaysia (ISM), Prof Madya Dr Mohd Fadzil Che Din yang mengulas kecenderungan kanak-kanak melayari laman web ‘tidak sihat’ berkata, kajian memperlihatkan corak penerokaan ilmu, kemahiran, pengalaman dan kaedah pembelajaran yang mengisi 'kedahagaan' kanak-kanak masa kini mencari maklumat.

Katanya, pemikiran ortodoks atau malu berbincang secara terbuka berhubung seks dengan anak-anak, masih menyelubungi masyarakat Malaysia yang mengundang padah apabila kanak-kanak mencari sumber maklumat di luar daripada kelompok ilmu yang boleh dipercayai lebih-lebih lagi apabila ia mudah untuk diperoleh di hujung jari mereka.

Beliau menambah, hanya kira-kira 10 hingga 15 peratus ibu bapa di Malaysia berfikiran terbuka untuk membincangkan topik ‘taboo’ ini secara bertentangan mata. Namun, hakikatnya selebihnya lebih gemar menggelengkan kepala menyebabkan kanak-kanak lebih malu bertanyakan soalan berkaitan seks kepada ibu bapa.

"Kanak-kanak yang melayari alam siber, umpama berada di tengah hutan dan ibu bapa seharusnya melengkapkan diri dengan kemahiran komputer bagi membimbing dan melindungi anak-anak mereka daripada terpengaruh dengan apa yang dilihatnya dalam internet.

"Sekiranya, ibu bapa membiarkan kanak-kanak bebas dalam alam siber ini, maka dikhuatiri akan membuka seluas-luasnya ruang untuk mereka rosak bahkan lebih teruk apabila menjadi mangsa jenayah siber seperti dirogol ketika temu janji 'blind date' seperti yang kerap berlaku di luar negara," katanya kepada XY - Ikon Lelaki.

Mohd Fadzil berkata, apa yang boleh dilakukan adalah menjadikan laman web yang boleh dipercayai sebagai rakan kepada anak-anak mereka dan berbincang berhubung kandungan yang boleh dilayari kanak-kanak.

Katanya, jangan sesekali menghalang terus anak-anak menggunakan internet kerana ia akan membantutkan pembangunan ilmu mereka.

"Pendekatan terbaik adalah dengan menjadikan ibu bapa sentiasa ke depan dalam selok belok IT berbanding anak mereka menerusi usaha memahami kandungan laman web kegemaran mereka dan menyediakan perisian yang sesuai untuk komputer rumah mereka," katanya.

Penyokong Keselamatan Internet Norton, Marian Merritt pula berkata, apabila berhadapan dengan ancaman dalam talian, ibu bapa perlu memberikan lebih tumpuan daripada sekadar membiarkan anak-anak melayari laman web yang mempunyai kandungan tidak senonoh.

"Itulah yang menjadikan OnlineFamily.Norton unik apabila membolehkan ibu bapa mengintai aktiviti anak-anak mereka ketika melayari internet dan membincangkan setiap kandungan internet yang menarik perhatian mereka bagi melindungi mereka dara ancaman jenayah siber," katanya.